Tugas Akhir Filsafat SENI

 Mendalami Seni Rupa Lukisan “ Penangkapan Pangeran Diponegoro/Gevangename Van Prins Diponegoro”

 Karya Raden Saleh tahun 1857


Muhammad Nasywaa Nulloh


Desain Komunikasi Visual,Falkusitas Seni dan Bahasa, Universitas Indrapasta PGRI

Muhammad Nasywaa Nulloh,Nasywaanulloh@gmail.com, Jakarta, dan Indonesia

Muhammad Nasywaa Nulloh,Jakarta Timur,dan Indonesia




Abstrak

Raden Saleh, salah satu artis ternama Indonesia, belakangan ini kembali menyita perhatian dengan dirilisnya film "Mencuri Raden Saleh" (Mencuri Raden Saleh). Salah satu adegan filmnya menampilkan lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro yang konon mewakili perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda dan nasionalisme. Hal ini menimbulkan kebutuhan untuk mendalami kehidupan Raden Saleh, munculnya lukisan yang menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro, serta memahami konteks sejarah dan posisi Raden Saleh di dalamnya. Penting untuk memberikan kerangka sejarah yang jelas untuk menghindari kesalahpahaman tentang Raden Saleh dan perannya. Penelitian ini menggunakan Metode Sejarah, diawali dengan identifikasi topik. Fase heuristik melibatkan pengumpulan sumber-sumber primer seperti surat kabar, artikel, majalah, dan arsip online seperti Delpher.nl dan Perpustakaan Universitas Leiden KITLV. Sumber sekunder seperti buku dan jurnal juga digunakan. Sumber-sumber yang dikumpulkan menjalani verifikasi melalui kritik eksternal untuk memastikan keasliannya dan kritik internal untuk membangun kredibilitas fakta sejarah. Selanjutnya, temuan-temuan yang telah diverifikasi tersebut diinterpretasikan melalui analisis dan sintesis untuk membangun narasi sejarah. Terakhir, historiografi digunakan untuk merekonstruksi fakta sejarah yang din Saleh, salah satu artis ternama Indonesia, belakangan ini kembali menyita perhatian dengan dirilisnya film "Mencuri Raden Saleh" (Mencuri Raden Saleh). Salah satu adegan filmnya menampilkan lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro yang konon mewakili perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda dan nasionalisme. Hal ini menimbulkan kebutuhan untuk mendalami kehidupan Raden Saleh, munculnya lukisan yang menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro, serta memahami konteks sejarah dan posisi Raden Saleh di dalamnya. Penting untuk memberikan kerangka sejarah yang jelas untuk menghindari kesalahpahaman tentang Raden Saleh dan perannya. Penelitian ini menggunakan Metode Sejarah, diawali dengan identifikasi topik. Fase heuristik melibatkan pengumpulan sumber-sumber primer seperti surat kabar, artikel, majalah, dan arsip online seperti Delpher.nl dan Perpustakaan Universitas Leiden KITLV. Sumber sekunder seperti buku dan jurnal juga digunakan. Sumber-sumber yang dikumpulkan menjalani verifikasi melalui kritik eksternal untuk memastikan keasliannya dan kritik internal untuk membangun kredibilitas fakta sejarah. Selanjutnya, temuan-temuan yang telah diverifikasi tersebut diinterpretasikan melalui analisis dan sintesis untuk membangun narasi sejarah. Terakhir, historiografi digunakan untuk merekonstruksi fakta sejarah.

Kata Kunci : Raden Salah, Kolonial Belanda, Lukisan,Pangeran Diponegoro


Abstract

Raden Saleh, a prominent Indonesian artist, has regained attention in recent times with the release of the film "Mencuri Raden Saleh" (Stealing Raden Saleh). One of the film scenes depicts a painting portraying the capture of Prince Diponegoro, which is said to represent resistance against the Dutch colonial rule and nationalism. This raises the need to delve into Raden Saleh's life, the emergence of the painting depicting the capture of Prince Diponegoro, and to understand the historical context and Raden Saleh's position within it. It is essential to provide a clear historical framework to avoid any misconceptions about Raden Saleh and his role. This research utilizes the Historical Method, beginning with the identification of the topic. The heuristic phase involves gathering primary sources such as newspapers, articles, magazines, and online archives like Delpher.nl and the Library University Leiden KITLV. Secondary sources such as books and journals are also employed. The collected sources undergo verification through external criticism to ensure their authenticity and internal criticism to establish the credibility of historical facts. Subsequently, the verified findings are interpreted through analysis and synthesis to construct a historical narrative. Finally, historiography is employed to reconstruct the gathered historical facts.


Keywords : Raden Saleh,Ducth East Indies,Art,Prince Diponegoro


PENDAHULUAN


Raden Saleh sendiri dikenal oleh kalangan publik belakangan ini sebagai tokoh sejarah yang nasionalis terlebih lukisannya tentang penangkapan Pangeran Diponegoro tahun 1830 di Magelang. Padahal Raden Saleh jarang bersentuhan langsung dengan rakyat, apalagi ia masuk dalam kategori bangsawan hal itu pasti tidak terjadi. Sampai ia kemudian beranjak dewasa lalu melanjutkan obsesinya ke Eropa sebagai pelukis handal. Di Eropa Raden Saleh banyak mendapatkan pelajaran dan pengalaman untuk mengembangkan seni lukisnya. Setelah kembali ke Hindia Belanda Raden Saleh menjadi seorang yang jauh dari rakyat karena perangainya ingin menjadi orang yang bermartabat seperti bangsawan Jawa dan orang Eropa Raden Saleh tidak ingin seperti masyarakat Jawa umumnya.

Sebagaimana umumnya tulisan digunakan metode tertentu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam tulisan ini menggunakan beberapa metode yang terdiri dari: heuristik (pengumpulan sumber) sumber-sumber yang digunakan yakni berupa sumber primer berupa Karya Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, dan sumber seperti kementerian kebudayaan yang membahasa tentang lukisan ini .

Sementara untuk sumber sekunder bisa dari beberapa jurnal yang saya pilih di Google , semisalnya, jurnal.id.com, jurnal.rescoursid.com, journal.isi.ac.id. dan beberapa sumber non juournal seperti Wikipedia,Stekom,Ditjen Kebudayaan, Kemdik.go aid. Dan kompas.com.



PEMBAHASAN


Tentang Lukisan Pangeran Diponegoro


Perang Jawa atau yang sering disebut sebagai Perang Pangeran Diponegoro merupakan sebuah bentuk perlawanan kepada kolonialisme Belanda yang telah ikut campur dalam tatanan kerajaan Jawa. Diponegoro menjadi salah seorang yang tidak suka dengan kebijakan Belanda dan memilih untuk melawan Belanda lewat jalan darah (perang). Bersama para pengikutnya dari tahun 1825-1830, sekitar 5 tahun lebih kurang, perang ini berkobar dengan dahsyat yang mengakibatkan kas Belanda mengalami kekosongan dan dalam perkembangannya Belanda membuat cara-cara lain semacam cultuurstelsel (tanam paksa) untuk menutupi kekosongan kasnya (Breman, 2014). Perang Jawa berakibat besar terhadap tatanan pemerintahan Belanda di Indonesia. Karena kewalahan, Belanda akhirnya membuat taktik licik dengan mengajak Pangeran Diponegoro berunding lalu menangkapnya. Peristiwa inilah kemudian yang dijadikan Raden Saleh sebagai bahan lukisannya walaupun ia sendiri tidak hadir pada saat penangkapan Pangeran Diponegoro (Ricklefs, 2017).Pada 8 Februari 1855, Pangeran Diponegoro wafat di pengasingannya, di Makassar, Sulawesi Selatan. Wafatnya Pangeran Diponegoro menginspirasi Raden Saleh untuk membuat sebuah lukisan tentang kejadian ini. Ia memang telah banyak melihat beragam karya lukisan kejadian bersejarah ketika berada di Eropa. Lukisan tersebut disebutnya “a historische Tableau die, Gefangennahmen des Javanischen Haupting Diepo Negoro”. Sesuai karakter Raden Saleh, lukisan ini dipersembahkan bagi Raja Belanda. Tindakan ini memang sangat tidak nasionalis, tetapi sangat sesuai dengan hubungan antara pelukis yang sangat berterima kasih dengan patron bangsawannya. Hubungan ini seperti hubungan antara bawahan dengan Rajanya. Jadi lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh itu sudah jelas bukan menjadi sebuah ajang pentas untuk menampilkan perlawanan, tetapi sebuah ajang pertunjukan penghambaan kepada penguasa penjajah bangsa Indonesia (Bachtiar, 1976). Sekalipun Raden Saleh dihormati oleh Boedi Oetomo dengan membuat kegiatan 100 tahun Raden Saleh, secara lebih jernih bukan berarti Raden Saleh orangnya nasionalis. Mengingat Boedi Oetomo adalah organisasi kooperatifterhadap kolonial Belanda sama seperti karakteristik Raden Saleh. Peringatan ini mempunyai tujuan bahwa orang-orang Hindia terkhusus Jawa mempunyai potensi dan keahlian seperti orang Eropa, kesejajaran derajat itulah yang diperjuangkan Boedi Oetomo salah satu caranya dengan menampilkan sosok Raden Saleh.Sekali lagi Peter Carey yang berpuluh-puluh tahun meneliti Pangeran Diponegoro mengulangi dalam lukisan termasyhur karya Raden Saleh (sekitar 1811-188), sang pelukis Arab-Jawa, yang menggambarkan penangkapan Diponegoro di Magelang pada 28 Maret 1830 telahlama diakui sebagai sebuah masterpiece. Karya itu dibuat pada 1856-1857 setelah Raden Saleh kembali ke Jawa dan kemudian dipersembahkan kepada Raja Belanda, Willem III 

38| Yandi Syaputra Hasibuan(bertakhta 1849-1890) sebagai tanda terima kasihatas pendidikan dan pelatihan sebagai pelukis yang diterimanya selama hampir 23 tahun di Eropa. Dasawarsa awal (1829-1839) tahun-tahun ini adalah suatu masa ketika sebagian besar hidupnya ditanggung Pemerintah Belanda. Tak hanya itu, lukisan tersebut jugamerupakan ungkapan terima kasih sang pelukis karena penerimaan yang menyenangkan dan penghargaan baik dari keluarga Kerajaan Belanda (Carey, 1982).Satu hal lagi yang tidak kalah penting lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro memang terlihat suasananya antara pagi dan sore seperti dalam salah satu dialog film Mencuri Raden Saleh. Namun sebenarnya penangkapan itu terjadi pada pukul 10.00 pagi, tepatnya pada hari Minggu 28 Maret 1830, dua hari setelah berakhirnya bulan puasa. Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock, panglima Militer Belanda, baru saja muncul dari ruang kerja yang terdapat di Gedung Keresidenan di Magelang, tempat sebelumnya ia pakai berunding dengan Diponegoro. Ia sedang menuntun Diponegoro menuju kendaraan Residen Kedu, Frans Gerhardus Valck, yang sudah siap menunggu dan akan segera membawanya ke Bedono (terletak di perbatasan Kedu dan Semarang). Ini merupakan tahap pertama perjalanannya ke tempat pembuangan. Di belakang kendaraan itu dapat dilihat ketopong baja kavaleri detasemen Hussar (pasukan berkuda) yang ke-7. Mereka bertugas mengawal Diponegoro dalam perjalanan itu. Dari kejauhan terlibat kaki Gunung Sumbing, gunung berapi yang terdapat di daerah Kedu, bercahaya disinari pagi. Fakta sejarah ini sudah selayaknya menjadi panduan untuk melihat lebih jelas peristiwa ataupun lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro (Bachtiar, 1976).



Aliran Lukis Raden saleh pada Lukisan Pangeran Diponegoro


Dalam karyanya, Raden Saleh banyak menggambarkan romantisme yang berkembang di Eropa pada awal abad ke-19 Masehi.


Ciri romantisme yang muncul di dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Misalnya, gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas), dan ketidakpastian takdir (dalam realitas).


Melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain, seperti kebiasaan berburu hewan.


Di samping itu, Raden Saleh juga mengusungkan gagasan tentang kemerdekaan dan kebebasan, kemerdekaan, serta menentang penindasan dalam karya-karyanya. Salah satunya terwujud dalam lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1857.


Lukisan ini merupakan lukisan pertama yang dibuat oleh Raden Saleh Syarif Bustaman (1814-1880), pelukis ternama Indonesia. Karya ini menggambarkan salah satu peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia ketika melawan penjajah yang diabadikan dalam bentuk lukisan. Peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda sekaligus menandai berakhirnya perlawanan Diponegoro pada tahun 1830. Sang Pangeran diundang ke Magelang untuk membicarakan kemungkinan gencatan senjata, namun kenyataannya Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya ditangkap dan diasingkan.

Lukisan dibuat dengan gaya Romantisisme, diterakan pada permukaan kanvas menggunakan cat minyak yang memenuhi seluruh kanvas. Bingkainya menggunakan kayu yang berukir. Lukisan ini merupakan lukisan sejarah pertama di Asia Tenggara di antara sejarah lukisan aliran Eropa.

Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro

Karya lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro merujuk pada peristiwa nyata yang memang terjadi masa lalu. Lukisan ini dibuat sebagai respon dari lukisan Nicolaas Pieneman (1809-1860) yang ditugaskan untuk mendokumentasikan momen penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Pemerintah Belanda. Ketika peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro (28 Maret 1830), Raden Saleh tengah berada di Eropa. Diduga Raden Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Perbedaan lukisan antara Raden Saleh dengan Pieneman ini dipandang sebagai rasa nasionalisme pada diri Raden Saleh.

Raden Saleh mulai membuat sketsa lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1856 dan menyelesaikan lukisan cat minyaknya setahun kemudian. Pada 12 Maret 1857, beliau mengabarkan lukisan tersebut kepada temannya di Jerman, Duke Ernst II, dengan judul “Ein historisches Tableau, die Gefangennahme des javanischen Häuptings Diepo Negoro” (lukisan bersejarah tentang penangkapan seorang pemimpin Jawa Diponegoro).

Raden Saleh kemudian memberikan lukisan tersebut kepada Raja Belanda, Willem III, untuk menggambarkan pandangan Raden Saleh atas penangkapan Pangeran Diponegoro yang berbeda dengan pandangan Pieneman.

Pada tahun 1975 lukisan tersebut diserahkan kepada Indonesia oleh pihak Kerajaan Belanda bersamaan dengan realisasi perjanjian kebudayaan antara Indonesia-Belanda pada 1969.

Kondisi Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro dikategorikan baik. Warna dan detailnya sudah tampak lebih terang dan setelah direstorasi oleh Susanne Erhards, seorang ahli restorasi asal Jerman, 2013 lalu.


Penangkapan Pangeran Dipongoro / Gevangenname van Prins Diponegoro

Seniman : Raden Saleh

Tahun :1857

Ukuran :112cm x 178 cm (44 in x 70 in)

Lokasi :Museum Kepesidenan,Yogyakarta,Indonesia

Peringkat :Nasional

Kategori :Benda

NO. Regnas :CB.1562

NO.SK :306/M/2018

Tanggal SK :6 November 2017

Tingkat SK :Menteri

Pengelola :Musuem Kepresidenan


Saat ini Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro sudah diangkat statusnya menjadi Cagar Budaya nasional dengan nomor registrasi RNCB.20190219.01.001562 berdasarkan Surat Keputusan Menteri No306/M/2018. Karya salah satu pelukis terbaik bangsa ini dianggap memenuhi kriteria Cagar Budaya Nasional karena:

berusia 50 tahun atau lebih (dibuat pada tahun 1856-1857);

mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun (beraliran Romantik abad ke-19);

memiliki arti khusus bagi:

sejarah, (menggambarkan peristiwa penangkapan Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro);

ilmu pengetahuan (memberikan perspektif sejarah yang berbeda dari sudut pandang Eropa);

Kebudayaan (bukti kemajuan seni lukis modern Indonesia); dan

 memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa, karena lukisan ini membangun memori kolektif Bangsa Indonesia tentang perjuangan melawan penjajahan.

Tak hanya kriteria di atas, masterpiece ini menggambarkan kepahlawanan dan semangat kebangkitan nasional, menandakan awal perkembangan seni lukis modern Indonesia, dan satu-satunya lukisan sejarah perjuangan di abad ke-19 yang berukuran besar.




Kesimpulan

Setelah kita semua memahami makna apa yang terkandung dalam lukisan penangkapan pangeran Diponegoro atau dalam bahasa Belanda ialah Gevangename Van Prins Diponegoro kita semakin mengerti bahwa perjuangan para pahlawan kita itu tidak mudah, mereka rela dihukum dan di eksekusi oleh penjajah hanya untuk tanah air kita.

Terlebih lagi dalam lukisan Karya Raden Saleh kali ini terlihat rasa nasional beliau dalam menegakan keadlian dan memori untuk generasi selanjutnya yang tertuang dalam sebuah karya hebatnya dalam sebuah kanvas yang menggunakan teknik cat minyak ini, menjadi sebuah kebanggan untuk bangsa, di karenakan lukisan ini menjadi Lukisan Asia pertama yang menggunakan Style lukis Eropa, ya kita tahu perbedaan antara lukisan khasc Eropa dan Asia, dan ini menjadi sebuah prestasi yang tidak pernah terlupakan.


Referensi

https://jurnal.medanresourcecenter.org/index.php/LHH/article/view/931/948

https://en.m.wikipedia.org/wiki/File:Raden_Saleh_-_Diponegoro_arrest.jpg

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/lukisan-penangkapan-pangeran-diponegoro-perlawanan-raden-saleh-atas-karya-nicolaas-pieneman/

Kompas.com

Detik.com

Stekom.com

Jurnal.ID.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mempertanyakan Diri: Apa pentingnya Seni dalam diri ?

Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh